Selasa, 30 Maret 2010

Obat Batuk Kombinasi, Rasionalkah?


Semakin mahalnya biaya kesehatan yang musti dibayarkan saat kita ke Dokter, membuat kita lebih mengusahakan swa medikasi (baca : Pengobatan Mandiri) dengan cara mengobati terlebih dahulu menggunakan obat-obat bebas yang ada di Pasaran.

Sampai saat ini di Indonesia beredar sekitar 200 merk obat batuk. Banyaknya alternative obat batuk yang ditawarkan mengharuskan masyarakat pemakai pandai-pandai memilih obat yang tepat atau rasional. Untuk dapat mengobati diri sendiri dan memilih obat batuk yang tepat, maka harus kita kenali apa itu batuk dan cara pengobatannya.

Batuk yang kita kenal sehari-hari, sebenarnya adalah suatu reflek alamiah, baik pada waktu sehat maupun sakit, yang bertujuan membebaskan jalan pernapasan dari adanya gangguan benda asing atau dahak yang menyumbat. Batuk dapat ditimbulkan oleh radang (infeksi jalan pernapasan, alergi), sebab-sebab mekanis (asap rokok, debu, tumor), perubahan suhu yang mendadak, dan rangsangan-rangsangan kimia (gas, bau-bauan). Penyakit batuk tersering adalah infeksi oleh berbagai virus misalnya virus salesma (common cold), influenza, campak, dan juga radang pada cabang atau hulu tenggorok (bronchitis, pharyngitis). Ada pula batuk yang merupakan gejala dari penyakit kanker paru-paru, TBC, pneumonia, dekompensasi jantung, bahkan karena penyakit cacing (Ascaris lumbricoides) yang utamanya dijumpai pada anak-anak.

Bagaimana mengenali batuk yang diderita? Pada dasarnya, batuk dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu batuk produktif (basah) dan batuk nirproduktif (kering). Batuk basah adalah batuk yang disebabkan oleh adanya dahak, dan batuk ini berfungsi untuk menghilangkan atau mengeluarkan dahak tersebut. Pada dasarnya batuk jenis ini tidak boleh ditahan karena adanya dahak yang berlebihan harus dikeluarkan. Sedangkan batuk nirproduktif adalah yang tidak menghasilkan dahak. Batuk jenis ini tidak untuk mengeluarkan dahak, sehingga sebaiknya ditekan. Untuk membedakan kedua batuk ini, kita dapat melakukan dengan mendengarkan suaranya saja, apakah ada suara serak atau tidak.
Jika serak maka bisa disimpulkan anda menderita batuk berdahak.

Untuk pengobatannya ada beberapa zat aktif yang biasa digunakan pada Obat batuk yang ada di pasaran, berdasarkan cara kerjanya pembagian zat aktif dalam obat batuk adalah sbb :

Mucolytic agents: obat yang dapat mengencerkan dan membersihkan mukus dari saluran pernapasan dengan memecah sputum (dahak). mukus seringkali menyebabkan penyempitan atau bahkan menutup saluran napas hingga menyesakkan dan membuat sulit bernapas.
contoh: acetylcysteine, bromhexine, carbocisteine, eprazinone, erdosteine, mesna, ambroxol.

Expectorant: ekspektoran adalah obat yang berguna untuk mempermudah batuk dan membantu mengeluarkan dahak. Ekspektoran bersifat merangsang batuk sehingga dapat meningkatkan frekuensi batuk. Salah satu contoh expectorant adalah guaifenesin yang menaikkan pembuangan mukus dengan mengencerkannya dan juga melubrikasi saluran napas yang teriritasi. contoh: potassium iodide, guaifenesin, ipecacuanha, guaiacolsulfonate, ammonium chloride, sodium citrate. untuk menunjang kerjanya harus disertai banyak minum air.

Cough suppressants (antitussives): Antitusif diindikasikan untuk mengurangi frekuensi batuk. Bekerjanya berdasarkan penekanan pusat-pusat batuk secara langsung. Selain itu, antitusif juga mengakibatkan hambatan reseptor (baca: tempat kerja penyakitnya) pada saluran pernapasan sehingga rangsang batuk berkurang. Beberapa di antaranya tergolong narkotika. obat narkotika ini bisa memberi efek ketergantungan secara mental atau pun fisik, terutama bila digunakan dalam jangka waktu lama. biasa digunakan untuk batuk tidak produktif atau tidak berdahak. contoh: codein, dextromethorphan, diphenhydramine.

Kelompok Mucolytic dan Expectorant cocok untuk batuk berdahak sedangkan kelompok antitussives cocok untuk batuk kering.

Secara sederhana dapat dijelaskan sbb bahwa pada pengobatan Batuk berdahak, tubuh akan dirangsang untuk terjadinya batuk karena berfungsi untuk mengeluarkan dahaknya. Sedangkan pada kasus batuk kering tubuh justru ditekan saraf pemicu batuknya untuk menghindari batuk. Sehingga bila dikombinasikan, efeknya justru akan saling berlawanan.

Jika diamati, hampir sebagian besar formula obat batuk yang beredar di Indonesia mengandung komposisi antitusif dan ekspektoran, terutama dekstrometorfan dan gliseril guaikolat. Hingga saat ini, kombinasi tersebut masih mengundang kontroversi para ahli. Antitusif bersifat meredakan batuk yang diindikasikan untuk batuk kering, sedangkan ekspektoran bersifat mempermudah pengeluaran dahak yang diindikasikan untuk batuk basah. Jika mengacu pada kriteria FDA, maka kombinasi tersebut TIDAK RASIONAL karena kedua obat tersebut efeknya berlawanan. Ada kemungkinan efek kedua obat tersebut saling meniadakan sehingga tujuan pengobatan tidak tercapai.

Sebagai tenaga professional yang ahli dalam bidang kesehatan dan memahami seluk-beluk obat dan pengobatan, APOTEKER diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mendiagnosis penyakitnya dan memilih produk obat yang sesuai dengan kondisi penyakitnya, sehingga masayarakat mendapatkan obat dan pengobatan yang tepat.
(Dari berbagai sumber, Buletin PIO, Mata Kuliah Famakologi dan Terapi Universitas Sanata Dharma,Mata Kuliah Swamedikasi dan berbagai Sumber Blog Kesehatan Indonesia)
Disusun Oleh Fhery Catur Wibowo S.Farm., Apt

Asetosal dosis rendah kenapa berbeda pelabelannya : satu obat Keras satu Bebas ?

Mungkin pertanyaan ini sering kita temui di apotek tempat kita praktek.
Apalagi saat kita membimbing Mahasiswa PKP / Apoteker Magang
atau menjelaskan langsung kepada pasien.

Kedua obat ini sama-sama mempunyai kandungan bahan aktif asam asetil salisilat 80 mg

ASPILET
Ditujukan menurunkan panas/demam pada anak-anak
Dosis ½ - 2 Tablet 3x sehati tergantung umur dan berat badan.
Mekanisme yang diharapkan : bekerja dengan mempengaruhi pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga dapat menurunkan demam dan penghambat pembentukan prostaglandin sehingga dapat meringankan rasa sakit.
sifat terapinya jangka pendek (2-5 hari), absorbsi cepat (lewat lambung).
Apakah sediaan ini bisa menyebabkan perdarahan?
Jawabannya bisa. Apalagi bila dikonsumsi jangka panjang.
Untuk itu di kontraindikasikan terhadap Penderita tukak lambung (maag), haemofilia dan trompositopenia karena dapat meningkatkan terjadinya resiko perdarahan.

THROMBO ASPILET
Di Tujukan untuk pasien miokard akut atau paska stroke.
Umumnya 1 tablet setiap hari namun terkadang bisa 2 tablet setiap hari.
Pemakaiaannya jangka panjang dan bisa bertahun-tahun, untuk itu bentuk sediaan dibuat Salut Enteric yang diharapkan pecah di usus bukan lambung. Sehingga resiko perdarahan lambung dapat di cegah.

Mekanisme yang diharapkan adalah terjadinya penghambatan terbentuknya tromboksan A2, suatu senyawa yang berfungsi sebagai vaso konstriktor yang menyebabkan penimbunan platelet dan kemungkinan besar menyebabkan pembekuan darah. Dalam dinding-dinding pembuluh darah penghambatan enzim tersebut mencegah pembentukan prostasiklin yang berfungsi sebagai vasodilator dan mempunyai anti agregasi yang berpotensi sebagai anti trombosis

Pada pasien Miocard Akud atau pasca stroke pun obat ini juga tetap di kontra indikasi kan bila penderita mengalami riwayat tukak lambung (maag), haemofilia dan trompositopenia karena dapat meningkatkan terjadinya resiko perdarahan dan penderita yang sedang diterapi dengan anti koagulan.

Lalu kenapa satu obat bebas satunya obat keras ?
Karena dalam satu bahan aktif bisa ditujukan dengan tujuan berbeda :
Penurun panas & Anti thrombosis/Anti Platelet.
Dan ini diproduksi dengan maksud dan tujuan yang berbeda sehingga muncul dua bentuk sediaan dan dua pelabelan.